Picture
Teringat sama karya jadul saya 2 tahun yang lalu. Saat saya masih rempong dengan segala urusan organisasi kampus. Logo yang sempat-sempatnya saya bikin di villa daerah Trawas, Mojokerto ini sebenarnya untuk memenuhi Lomba Kompas Kampus yang dimotori sama koran Kompas. Fortunatelly tim kami indak  lolos masuk seleksi bahkan semifinal. *Thehehe



Tak apalah anggap saja sebagai media belajar graphic design.

Nah, filosofinya gambar ini sebenarnya simpel, idenya nyonto sebenarnya. #maaptidakoriginal
Terinspirasi dari logo acaranya PT. Bayer entah saya lupa namanya, mengenai bagaimana kita watering atau menyuburkan mindset-mindset yang hijau. *haha

I bet you know what I mean, Waterig can sama air yang muncrat ke rambut si figur itu menandakan upaya kita untuk menyuburkan pikiran yang cinta lingkungan (diwakilkan dengan gambar rambut hijau layaknya dedaunan pohon). Simbol recycle di perut si figur menunjukkan kalau pengolahan kembali sampah merupakan upaya pelestarian juga, dan bisa dimulai dari diri sendiri dengan reuse maybe. *thehehe

Setidaknya dengan membuat gambar acakadul ini saya sedikit contibute  untuk menambah gambar green living promotion di Google. *muahahha

#suwun

 
An unique doll.
Nak kanak sini banyak yang bilang nyeremin, but I dunno why, I like it :p

P.S. : Hasil editan kasar sotosop 2 menitan haha
 
Picture
Fenomena buang air kecil berkali-kali di malam hari pasti hal yang biasa untuk seorang coffeeholic macam saya ini. Tuntutan tugas dan kebiasaan menunda pekerjaan berujung pada kondisi begadang bersama biskuit dan dada berdebar-debar karena kafein.

Mata yang sudah kadung melek ini justru mendorong otak berkelana ngalor-ngidul tidak jelas arahnya. Sejenak saya ingat dengan kehidupan di masa lampau yang saya anggap getir karena entah keluguan atau kebodohan saya.
Tulisan ini implisit dengan segala ketidakjelasan yang sebenarnya saya ragu untuk dipublish.

Cukuplah Tuhan memberikan saya rambu-rambu dan peringatan untuk hidup dengan benar, tinggal bagaimana saya menganggap rambu itu paksaan ataukah bimbingan. Rasa syukur yang sebenarnya adalah bagaimana menerima segala hal dengan hati yang lapang, benar apa orang tua saya untuk hidup dengan rendah hati tanpa menuntut dan menggerutu.

Lalu saya berpikir mengenai sisi hidup yang lain.
Hidup adalah seperti seorang anak kecil yang mengintip makanan dari balik meja makan. Hanya terlihat piring dalam tudung saji yang mengilap-ngilap. Menimbang dan menerka apa yang ada dibaliknya. Hanya saja ia memiliki 2 pilihan, meraih sebuah kursi dan mengambil dan memilih makanan yang diinginkannya atau menunggu seseorang mengambilkannya dan menyerah pada nasib.

Rahasia apa yang Tuhan sembunyikan mengenai nasib, ikhtiar dan tawakal?

P.S. : Tulisan ini dibuat dalam rangka membunuh kafein yang menjalar di urat nadi saya. *Bukti galau PKL 2012*